Latar Belakang
Gula semut saat ini mulai dikenal dan digunakan oleh masyarakat Indonesia yang memperhatikan kesehatan dalam kesehariannya. Hal ini dikarenakan kandungan serat insulin yang berguna memperlambat penyerapan glukosa di tubuh sehingga pas dikonsumsi untuk penderita diabetes. CV Agro Berdikari berniat untuk bekerjasama dengan petani, pengepul dan BUMDes akan melakukan pengembangan industri Gula Semut yang akan dilakukan di Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen. Kegiatan yang dilakukan nantinya adalah menampung gula semut, penguatan pendampingan produksi gula semut organic (dari hulu sampai hilir) dengan kunjungan ke tempat produksi di rumah – rumah petani serta pendidikan dan pelatihan petani gula semut
Kondisi Saat Ini
Kawasan Pedesaan Produk Unggulan Gula Semut ini tidak susah diakses dari berbagai daerah karena terhubung oleh jalan utama yang memiliki lebar 5-7 meter
Ketersediaan Pasar
Dalam empat tahun terakhir, permintaan ekspor gula semut tercatat mencapai nilai ekspor 48.000 dollar AS pada 2017 dari sebelumnya pada 2014 hanya 34,7 ribu dollar AS.Statistik ekspor dan impor menunjukkan bahwa terjadi tren yang meningkat dalam perdagangan gula semut dunia. Selama periode 2012 - 2016, impor gula semut meningkat dengan rataan 1,92% per tahun, sedangkan ekspor meningkat 2 rataan 6% per tahun(Ditjen. Pengembangan Ekspor Nasional, Kementrian Perdagangan, 2017). Beberapa negara pengimpor terbesar berasal dari Asia yaitu Filipina, Korea Selatan, Indonesia dan Singapura. Untuk Indonesia, hal ini bersumber dari jumlah penduduk yang besar. Namun demikian, negara konsumen terbesar gula konsisten dengan negara pengimpor gula semut.
Di Eropa,peluang pasar produk gula semut didukung industri makanan yang mulai mengutamakan penggunaan pemanis natural dibanding pemanis buatan. Produk-produk organik juga semakin memperoleh popularitas.Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementrian perdagangan mencatat peningkatan di pasar Eropa terutama terjadi selama 2013 - 2014 dengan nilai pertumbuhan mencapai 7,6%. Bahkan di Swedia pada tahun 2015 terjadi peningkatan sampai dengan 40%. Berdasarkan data statistik, Indonesia merupakan salah satu eksportir gula semut dunia dengan pangsa mencapai 3%. Namun bila dilihat, ekspor gula semut Indonesia memiliki tren tinggi mencapai di atas 20% dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekspor gula semut dunia yang hanya 6%.
Berdasarkan data Direktorat Dagang Kecil Menengah dan Produk Dalam Negeri, Kemendag, permintaan pasar untuk produk gula semut Indonesia mencapai 400 ton yang terdiri dari permintaan dalam negeri dan luar negeri. Permintaan domestik sendiri mencapai 20 ton per bulan, sedangkan kapasitas produksi nasional hanya di kisaran 5–10 ton per bulan. Jika dilihat dari neraca ekspor dan impor gula semut Indonesia, ekspor mencapai 83% dari impor. Dengan demikian, Indonesia sebenarnya masih merupakan net-importir untuk produk gula semut. Hal ini mengindikasikan, selain peluang di luar negeri, masih ada peluang yang dapat terus digali di negeri sendiri.
Tak hanya dijual di daerah sekitar Kebumen, gula semut juga sudah masuk sejumlah restoran di hotel-hotel di Indonesia. Bahkan, ada perusahaan jamu yang membelinya untuk dijadikan pengganti gula putih. Selain itu gula semut ini juga diekspor ke luar negeri, yaitu ke negara-negara di Eropa, Ukraina, Turki, dan Amerika Serikat. Permintaan pasar ekspor produk olahan kelapa umumnya menunjukkan trend yang meningkat. Komoditas berbahan baku kelapa yang bisa diekspor, yaitu gula semut kelapa organik. Gula semut ini merupakan salah satu komoditas yang tren di pasar internasional.Saat ini permintaan gula semut di Indonesia cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan industri rumah tangga untuk campuran produk minuman jahe, kopi instan, serta minuman tradisional lainnya seperti wedang secang, bajigur dan lain sebagainya.
Ketersediaan Sumber Daya
-
Skema Investasi
Kemitraan dengan pola bagi hasil
Nilai Investasi
Estimasi investasi disusun berdasarkan data ketersediaan lahan, infrastruktur penunjang, kebutuhan pengembangan produksi, yaitu kebutuhan ruang dan alat (machineries) serta kelengkapannya. Berdasarkan hasil perhitungan estimasi investasi sebesar Rp7.033.850.000,00, dengan nilai tersebut maka skala usaha adalah skala menengah.